INSPIRASI NUSANTARA–Sepanjang 2024, refleksi tradisi di Sulawesi Selatan tidak hanya menjadi perayaan budaya, tetapi juga wujud nyata dari nilai-nilai kehidupan. Menutup tahun ini, kita diajak merenungi perjalanan budaya Sulsel yang tetap lestari di tengah perubahan.
Sulawesi Selatan, wilayah yang kaya akan keberagaman budaya, menyimpan tradisi yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakatnya. Refleksi Tradisi budaya Sulsel tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur tetapi juga membawa pesan universal tentang rasa syukur, spiritualitas, dan kebersamaan.
Saat menyongsong tahun baru 2025, tradisi di Sulsel bisa menjadi refleksi untuk terus menghormati warisan budaya sambil membuka diri pada modernisasi yang tetap berakar pada nilai-nilai kearifan lokal. Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa budaya bukanlah sesuatu yang kaku, melainkan terus berkembang tanpa kehilangan esensi.
Dengan menjaga tradisi dan menyerap pelajaran yang terkandung di dalamnya, masyarakat dapat melangkah ke tahun baru dengan semangat kebersamaan dan optimisme. Saat menutup tahun 2024, mari refleksi kembali tradisi Sulsel dari Suku Bugis, Makassar, Toraja, hingga Enrekang sebagai refleksi perjalanan budaya menyongsong tahun baru 2025.
Tradisi Suku Bugis: Mappadendang
Suku Bugis memiliki tradisi Mappadendang, yang dikenal sebagai pesta tani untuk merayakan keberhasilan panen padi. Dalam prosesi ini, gabah ditumbuk di lesung besar sebagai simbol pensucian, sebelum diolah menjadi beras yang dianggap menyatu dengan kehidupan manusia.
Tradisi Suku Makassar: Appalili
Dari Suku Makassar, tradisi Appalili merupakan upacara yang dilakukan sebelum musim tanam dimulai. Tujuannya untuk melindungi tanaman padi dari kerusakan sekaligus mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas kecukupan pangan yang diberikan.
Tradisi Suku Toraja: Ma’nene
Dataran tinggi Toraja memiliki Ma’nene, ritual unik yang melibatkan pembersihan jenazah leluhur yang telah menjadi mumi. Prosesi ini meliputi ziarah makam, membuka peti jenazah, mengganti pakaian, dan mengembalikan jenazah ke tempat peristirahatannya.
Tradisi ini menjadi simbol penghargaan mendalam terhadap leluhur dan pengingat akan hubungan emosional yang abadi.
Tradisi Enrekang: Maccera Manurung
Di Enrekang, Maccera Manurung menjadi ritual pengucapan syukur yang hanya dilakukan setiap delapan tahun sekali. Tradisi ini diawali dengan menabuh gendang semalam suntuk sebagai simbol membangkitkan tanah, diikuti prosesi penyembelihan hewan, memasak bersama, dan berbagi makanan sebagai bentuk kebersamaan.
Tradisi ini tidak hanya mencerminkan penghormatan terhadap hasil panen tetapi juga menegaskan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan leluhur.
Tradisi-tradisi ini mengajarkan bahwa budaya bukan hanya sekadar warisan, tetapi juga panduan untuk menjalani hidup yang penuh makna. Menyongsong tahun 2025, mari jadikan tradisi dan nilai-nilai luhur dari Sulawesi Selatan sebagai inspirasi untuk menjaga harmoni dengan sesama, lingkungan, dan Sang Pencipta.
Tradisi budaya Sulawesi Selatan adalah bukti nyata bahwa kearifan lokal memiliki daya tahan yang kuat untuk tetap relevan di tengah modernitas, membawa harapan untuk masa depan yang lebih bijaksana dan bermakna. (fit/in)