Kapurung, Makanan Tradisional yang Selaras dengan Konservasi

Kapurung
KAPURUNG. Hidangan khas Sulawesi Selatan berbahan dasar sagu yang kaya nutrisi dan ramah lingkungan. (foto:IG@ngemil_lucu)

INSPIRASI NUSANTARA — Peringatan Hari Satwa Liar Sedunia setiap 3 Maret tidak hanya menyoroti konservasi satwa liar, tetapi juga pentingnya menjaga keseimbangan alam melalui kebiasaan sehari-hari, termasuk memilih makanan seperti kapurung, hidangan khas Sulawesi Selatan berbahan dasar sagu yang kaya nutrisi dan ramah lingkungan.

Setiap tanggal 3 Maret, dunia memperingati Hari Satwa Liar Sedunia sebagai pengingat akan pentingnya konservasi flora dan fauna. Di Sulawesi Selatan, upaya pelestarian lingkungan tidak hanya berfokus pada perlindungan satwa liar, tetapi juga mencakup praktik kuliner berkelanjutan, salah satunya melalui hidangan tradisional kapurung, yang berbahan dasar sagu.

BACA JUGA: Mengenal Kapurung, Kuliner Legendaris Khas Sulawesi Selatan

Selain menjadi bagian dari budaya kuliner masyarakat Sulawesi Selatan, kapurung juga mencerminkan kearifan lokal dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan pangan. Dengan mengonsumsi makanan berbasis sagu, masyarakat turut berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam serta mengurangi ketergantungan pada bahan pangan yang berisiko merusak ekosistem.

Sagu: Sumber Pangan Berkelanjutan dari Sulawesi Selatan

Sebagai bahan utama kapurung, sagu memiliki peran penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem. Indonesia memiliki hamparan lahan sagu yang luas, menjadikannya alternatif karbohidrat yang potensial dan lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber pangan lainnya.

BACA JUGA: Begini Cara Membuat Kapurung Khas Sulsel

Berdasarkan data Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan, lebih dari 94% lahan sagu di Indonesia dikelola oleh masyarakat dan merupakan penyumbang produksi sagu dengan persentase hingga 99%. Produksi terbesar berasal dari Papua, Maluku, Sulawesi Selatan, dan beberapa daerah lainnya.

Budidaya sagu memiliki dampak lingkungan yang positif karena tidak memerlukan perubahan besar pada bentang alam. Hutan sagu tetap dapat menjadi habitat alami bagi berbagai spesies satwa liar, sehingga ekosistem tetap terjaga.

Konservasi dan Hari Satwa Liar Sedunia

Peringatan Hari Satwa Liar Sedunia menekankan pentingnya konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Mengadopsi pola konsumsi yang mendukung lingkungan, seperti mengutamakan pangan lokal berbasis sagu, menjadi langkah nyata dalam menjaga keseimbangan alam dan kelangsungan hidup satwa liar.

Mengapresiasi kuliner tradisional seperti kapurung bukan hanya soal melestarikan warisan budaya, tetapi juga wujud nyata kepedulian terhadap lingkungan. Dengan memilih makanan yang lebih ramah lingkungan, kita ikut berkontribusi dalam upaya konservasi satwa liar dan habitatnya, sejalan dengan semangat Hari Satwa Liar Sedunia. (fit/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *