Ragam  

Mengapa Kamu Selalu Kembali ke Mantan? Ini Kata Riset

Mengapa Kamu Selalu Kembali ke Mantan? Ini Kata Riset
ILUSTRASI. Mengapa Kamu Selalu Kembali ke Mantan? Ini Kata Riset. (foto:istimewa)

INSPIRASI NUSANTARA–Siapa yang setelah putus punya keinginan untuk kembali kepada mantan? Hal ini ternyata merupakan sebuah fenomena ilmiah

Fenomena kembali ke mantan ini ternyata cukup umum, bahkan memiliki istilah resmi. Dalam literatur ilmiah, fenomena ini disebut relationship churning. “Meskipun lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda, perilaku ini juga ditemukan pada orang dewasa di segala usia, termasuk pasangan yang sudah menikah,” tulis Catherina Cullen, dikutip dari Psychology Today Minggu, (8/12/2024).

Namun, apakah kembali ke mantan selalu menjadi keputusan yang buruk? Hal ini dapat menjadi rumit jika kamu yakin bahwa mereka bukan “yang tepat” untukmu atau jika hubungan tersebut diwarnai kekerasan fisik, emosional, pengkhianatan, atau manipulasi. Mengapa kita terus kembali kepada mantan? Dan bagaimana cara menghentikannya jika kita benar-benar ingin? Berikut penjelasan ilmiah tentang relationship churning dan cara mengatasinya.

1. Hadiah dari Hal yang Familiar

Jatuh cinta melibatkan pusat otak yang terkait dengan penghargaan, motivasi, dan kesenangan yang dipenuhi oleh dopamin, neurotransmitter yang memicu perasaan senang dan pembelajaran.

Penelitian pada tikus padang rumput, mamalia yang cenderung membentuk ikatan monogami seperti manusia, menunjukkan bahwa aktivitas dopamin ini menciptakan jejak saraf khusus yang hanya diaktifkan oleh kehadiran pasangan.

Akibatnya, otak kita cenderung membentuk kebiasaan yang membuat kita ingin mengulangi perilaku yang memberikan sensasi tersebut. Jika otakmu sudah terbiasa merespons mantan dengan cara ini, kamu mungkin akan merindukan sensasi tersebut, seperti seseorang yang mendambakan zat adiktif. Ini dapat mendorongmu untuk kembali ke hubungan yang telah berakhir, meskipun kamu tahu itu bukan keputusan terbaik.

2. Kehilangan Sebagian Diri Sendiri

Setelah hubungan jangka panjang berakhir, kita secara harfiah kehilangan sebagian dari identitas diri kita. Peneliti menyebutnya sebagai penurunan “kejelasan konsep diri.” Orang dengan attachment style yang cemas cenderung merasakan fenomena ini lebih intens, karena mereka lebih memperhatikan hubungan dan lebih sering mengadopsi atribut pasangan untuk menciptakan kedekatan. Ketika hubungan berakhir, mereka merasa kehilangan bagian penting dari diri mereka.

Jika kamu sering kembali kepada mantan, hal ini mungkin karena kamu merasa menjadi utuh kembali setiap kali bersamanya, meskipun di dalam hati kamu tahu hubungan itu tidak baik untukmu.

3. Menghindari Ketidaknyamanan

Sebagian besar dari kita tidak menyukai rasa sakit atau ketidaknyamanan emosional akibat putus cinta. Kesepian juga menjadi faktor besar yang membuat seseorang kembali kepada mantan, bahkan jika tahu hubungan tersebut tidak sehat. Ketidaknyamanan ini seringkali memuncak ketika mencoba memulai hubungan baru tetapi tidak berjalan lancar, sehingga membuatmu merasa lebih kesepian dan kembali mengingat kenyamanan bersama mantan.

4. Cara Benar-Benar Mengakhiri Hubungan

Jika kamu ingin benar-benar mengakhiri hubungan, penting untuk berhenti memperkuat jalur saraf yang terkait dengan mantan. Artinya, tidak hanya berhenti bertemu atau berbicara dengan mereka, tetapi juga menghindari memantau aktivitas mereka di media sosial. Ini seperti detoks dari hubungan yang tidak sehat.

Melewati masa kehilangan memang menyakitkan, tetapi rasa ini akan sembuh seiring waktu. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dopamin terkait mantan pasangan dapat berkurang setelah periode pemisahan yang cukup lama. Meskipun waktu yang dibutuhkan untuk sembuh berbeda bagi setiap orang, beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyembuhan dapat dimulai dalam waktu tiga bulan.

Meskipun begitu, kenangan nostalgia tentang mantan tidak selalu buruk. Penelitian menunjukkan bahwa memori ini dapat membantu kita tumbuh dan mempersiapkan hubungan di masa depan. Namun, untuk melakukannya, kamu perlu memutuskan siklus kembali ke mantan dengan memberikan waktu dan jarak yang cukup. Mendapatkan dukungan sosial, menjalani terapi, atau menyalurkan energi ke aktivitas kreatif juga dapat membantu proses pemulihan.

Kembali kepada mantan memang terasa menggoda, tetapi memahami alasan ilmiah di balik kebiasaan ini dapat membantumu membuat keputusan yang lebih bijaksana untuk masa depan. (*/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *