Serba-Serbi Baju Pokko’, Pakaian Adat Wanita Toraja

Serba-Serbi Baju Pokko', Pakaian Adat Wanita Toraja
PAKAIAN ADAT TORAJA. Baju Pokko’ adalah pakaian adat wanita Toraja, menjadi simbol kebanggaan dan mencerminkan identitas budaya. (foto:ig/@@toraya_maballo)

INSPIRASI NUSANTARA–Baju Pokko’ adalah pakaian adat wanita Toraja. Baju ini menjadi simbol kebanggaan dan mencerminkan identitas budaya.

Baju Pokko’ biasanya dikenakan pada acara-acara adat atau perayaan tertentu, seperti rambu tuka’ (upacara syukuran) dan rambu solo’ (upacara kematian). Bagi masyarakat Toraja, setiap elemen dalam busana adat Wanita (Baju Pokko’) memiliki makna simbolis yang mendalam, bahkan diyakini memiliki kekuatan magis untuk melindungi serta menyampaikan pesan luhur para leluhur.

“Pakaian adat wanita Tana Toraja memiliki makna simbolik yang tidak hanya digunakan sebagai hiasan semata tetapi juga dipercaya memiliki ilmu magis,” dikutip dari Jurnal HomeEc dalam sebuah riset berjudul Kajian Penerapan Simbol Busana Adat Wanita dalam Kehidupan Bermasyarakat di Tana Toraja.

Baju Pokko’ dan elemen pelengkap busana pakaian adat wanita Tana Toraja juga memiliki fungsi simbolik. Setiap pelengkap yang dikenakan tidak hanya sekedar digunakan tetapi sebagai salah satu sarana dalam menyampaikan pesan yang sarat akan makna, khususnya dalam penyelenggaraan upacara adat.

Berikut serba-serbi pelengkap busana dalam pakaian adat wanita Toraja yang menyimpan makna simbolik.

1. Sa’pi

Dipakai di dahi, sa’pi adalah pelengkap busana yang bisa dikenakan oleh wanita dari segala usia pada upacara rambu tuka’ dan rambu solo’. Simbol pada sa’pi, Pa’sala’bi’ dito’mokki, dipercaya membawa doa agar keturunan terhindar dari penyakit dan bahaya.

2. Mastura 

Dikenakan di leher, mastura hadir dalam upacara besar sebagai lambang kejujuran. Simbol Pa’kollong Bu’ku’ pada mastura mengingatkan pentingnya memegang janji dan hidup dengan kejujuran.

3. Manik Kata 

Terbuat dari emas atau perak, manik kata menghiasi kaum wanita dalam perayaan adat. Selain menambah estetika, hiasan ini menandakan status sosial pemakainya sebagai keturunan bangsawan.

4. Katinti 

Hiasan telinga katinti memberikan kesan estetis pada wanita Toraja dalam upacara adat, terutama untuk upacara rambu tuka’ dan rambu solo’.

5. Kandaure

Terbuat dari manik-manik yang dianyam, kandaure memiliki simbol pa’sekong yang melambangkan kebersamaan dalam pernikahan, dan pa’papan kandaure sebagai tanda persatuan cinta sejati.

6. Sokkong Bayu
 
Dikenakan di dada, sokkong bayu dengan simbol pa’sekong mengandung harapan agar keturunan hidup bahagia, seperti cahaya yang terpancar dari perhiasan ini.

7. Ambero 

Dikenakan di pinggang, ambero juga dihiasi simbol pa’sekong, melambangkan kebahagiaan yang diharapkan turun-temurun.

8. Komba Boko’

Dikenakan di pergelangan tangan, komba boko’ melambangkan kewibawaan dan kebesaran yang dimiliki oleh kaum bangsawan Toraja.

9. Gayang 

Hiasan serbaguna gayang, yang dipakai oleh pria dan wanita dalam penyambutan tamu, memiliki simbol pa’pollo gayang untuk mendatangkan kedamaian, serta pa’ ulu gayang yang mengingatkan pentingnya bersikap tenang dalam menghadapi kehidupan.

Simbol-simbol yang melekat pada setiap hiasan ini tidak hanya memperindah penampilan, tetapi juga menjadi sarana penyampaian nasihat leluhur yang mengakar pada nilai-nilai kehidupan masyarakat Toraja. Keindahan serta makna yang tersirat dalam pakaian adat wanita Toraja ini menjadikannya bukan hanya sebagai busana, tetapi juga representasi budaya dan spiritual yang menyentuh jiwa setiap pemakainya. (fit/in)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *