Peneliti Berhasil Kembangkan Beras Rendah Gula, Solusi Atasi Diabetes

Peneliti Berhasil Kembangkan Beras Rendah Gula, Solusi Atasi Diabetes
ILUSTRASI. Peneliti Berhasil Kembangkan Beras Rendah Gula, Solusi Atasi Diabetes. (foto:istimewa)

INSPIRASI NUSANTARA – Salah satu pemicu diabetes ialah glukosa (zat gula) pada beras putih. Baru-baru ini, peneliti berhasil mengembangkan jenis beras dengan tingkat glukosa yang lebih rendah.

Dilansir dari Scitechdaily, peneliti dari International Rice Research Institute (IRRI) dan Max Planck Institute berhasil mengembangkan varietas beras rendah indeks glikemik (Low GI) yang dinilai efektif membantu mengatasi krisis diabetes. Temuan ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap tingginya angka penderita diabetes, khususnya di wilayah dengan konsumsi beras putih yang dominan, seperti di Indonesia.

Beras Low GI terbukti dapat memperlambat pelepasan glukosa dan mengurangi lonjakan gula darah, yang merupakan salah satu pemicu utama diabetes.

Dalam laporan yang diterbitkan di Trends in Plant Science, para peneliti menjelaskan bahwa varietas ini tidak hanya menawarkan manfaat kesehatan, tetapi juga mendukung produktivitas pertanian yang berkelanjutan.

Diabetes dan Konsumsi Beras di Asia

Diabetes tipe 2 telah memengaruhi lebih dari 537 juta orang di dunia pada 2021 dan diproyeksikan meningkat menjadi 780 juta kasus pada 2045. Di Asia, tingginya konsumsi beras putih dan makanan olahan memperbesar risiko penyakit ini.

Beras putih konvensional memiliki indeks glikemik tinggi (70–94), sementara beras Low GI bertujuan memiliki nilai di bawah 55, sehingga lebih aman bagi penderita diabetes.

Menurut para ahli, indeks glikemik mengukur seberapa cepat makanan meningkatkan kadar gula darah. Beras dengan GI rendah dicerna lebih lambat, menghasilkan pelepasan glukosa yang bertahap, yang membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Kemajuan Teknologi dalam Produksi Beras Low GI

Proses pengembangan beras Low GI melibatkan teknologi mutakhir seperti marker-assisted breeding dan pengeditan genom. Fokus utamanya adalah meningkatkan kandungan pati resisten dan amilosa dalam beras, sehingga pelepasan glukosa selama pencernaan menjadi lebih lambat.

Beberapa negara, seperti Bangladesh dan Filipina, telah mulai memproduksi varietas beras Low GI, seperti BR-16 dan IRRI-147. Meskipun begitu, tantangan tetap ada, termasuk tekstur beras yang berbeda dari beras konvensional dan kendala distribusi akibat biaya produksi yang lebih tinggi.

Peluang Ekonomi dan Kesehatan

Selain manfaat kesehatan, beras Low GI membuka peluang ekonomi bagi petani dengan menargetkan pasar beras sehat yang terus berkembang. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor swasta dinilai penting untuk mendukung produksi dan distribusi yang lebih luas, serta meningkatkan edukasi konsumen tentang manfaat beras Low GI.

Dengan kemampuannya menurunkan risiko diabetes dan mendukung nutrisi yang lebih baik, beras Low GI dianggap sebagai langkah inovatif untuk mengatasi masalah kesehatan global yang terus meningkat. Para peneliti juga melihat potensi pengembangan konsep serupa pada makanan pokok lainnya, seperti gandum dan umbi-umbian.

Langkah ini menjadi peluang besar menuju sistem pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan, sekaligus menanggulangi epidemi diabetes yang semakin mengkhawatirkan.

Referensi:
Tiozon, R.N., Lenaerts, B., Kor, S., Demont, M., Fernie, A.R., & Sreenivasulu, N. (2024). Low glycemic index rice: a healthier diet for countering diabetes epidemic in Asia. Trends in Plant Science. DOI: 10.1016/j.tplants.2024.11.003.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *