Puasa dan Makan Bersama: Jaga Mental Remaja

Makan Bersama
MAKAN BERSAMA. Saat berpuasa, makan bersama saat sahur atau buka puasa bisa membantu kesehatan mental. (foto:ist)

INSPIRASI NUSANTARA – Dalam peringatan Hari Kesehatan Mental Remaja Sedunia, praktik puasa dan tradisi makan bersama di Sulawesi Selatan terbukti lebih dari sekadar rutinitas. Keduanya memiliki peran penting dalam memperkuat ketahanan mental generasi muda.

Setiap 2 Maret, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Remaja untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan psikologis anak muda. Peringatan ini bertujuan mengedukasi masyarakat sekaligus mengurangi stigma terhadap masalah kesehatan mental yang kerap dihadapi remaja.

Puasa dan Ketahanan Mental

Salah satu praktik yang terbukti berdampak positif pada kesehatan mental adalah puasa. Selain menyehatkan fisik, puasa melatih individu dalam mengendalikan diri dan menunda kepuasan instan (*delay gratification*), yang berkontribusi dalam mengurangi stres dan tekanan emosional.

“Puasa melatih seseorang untuk menunda kepuasan, tidak hanya dalam hal makan tetapi juga dalam mengelola emosi,” ujar Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog dari Universitas Gadjah Mada, dikutip dari laman resmi UGM.

Selain itu, puasa juga membantu meningkatkan ketahanan mental dengan menumbuhkan kesabaran, ketenangan, dan kendali diri, yang berperan dalam menghadapi tekanan hidup sehari-hari.

Tradisi Makan Bersama dan Dukungan Emosional

Di Sulawesi Selatan, praktik puasa tidak hanya sebatas menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi bagian dari tradisi makan bersama yang memiliki dampak positif terhadap kesehatan mental. Momen sahur dan berbuka menjadi kesempatan mempererat hubungan keluarga serta memberikan dukungan emosional yang penting bagi remaja.

Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, makan bersama bukan sekadar kebiasaan, melainkan simbol solidaritas dan kepedulian dalam keluarga. Momen ini menciptakan interaksi positif yang membuat remaja merasa dihargai dan didukung, sehingga dapat mengurangi rasa kesepian serta tekanan psikologis.

Dengan demikian, praktik puasa dan tradisi makan bersama dalam budaya Sulawesi Selatan tidak hanya membangun disiplin dan refleksi diri, tetapi juga memperkuat dukungan sosial yang menjadi faktor kunci dalam menjaga kesehatan mental remaja. (fit/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *