INSPIRASI NUSANTARA–Tahun baru 2025 menjadi momen yang tepat untuk membangun budaya kerja yang mendukung kebahagiaan karyawan. Di balik angka-angka laporan kinerja, terdapat individu yang membutuhkan perhatian, bukan hanya sebagai pekerja, tetapi juga sebagai manusia yang layak mendapatkan kebahagiaan.
Mengawali tahun baru, perhatian terhadap budaya kerja dan kebahagiaan karyawan menjadi prioritas yang semakin relevan. Namun, sebuah survei yang dilansir dari UNLEASH, terdapat lebih dari 5.000 responden daring mengungkapkan bahwa hanya 16% karyawan merasa benar-benar berkembang di tempat kerja mereka.
BACA JUGA: Gen Z Diprediksi Lebih Cemas Soal Karir pada 2025
BACA JUGA: Tren Kerja 2025: Saatnya Kembali ke Kantor, Selamat Tinggal pada Gaya Hybrid
Meski berbagai program dan budaya kerja telah dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, hasilnya belum sejalan dengan harapan. Akibatnya, efek domino berupa penurunan kinerja tidak hanya dirasakan oleh karyawan, tetapi juga berdampak pada para pemimpin dan perusahaan secara keseluruhan.
Menemukan Pendekatan yang Tepat
Setiap tahun, para pemimpin dan profesional SDM dihadapkan pada berbagai strategi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan karyawan. Ada yang menganggap rasa memiliki sebagai kunci, sementara yang lain menekankan pentingnya tujuan dan penghargaan.
Ada pula yang mendukung fleksibilitas kerja jarak jauh, sedangkan sebagian lainnya lebih menekankan interaksi langsung.
Namun, alih-alih memberikan kejelasan, berbagai pendekatan ini sering kali menimbulkan kebingungan. Untuk itu, diperlukan metode baru yang berfokus pada kebutuhan psikologis, emosional, dan sosial karyawan.
BACA JUGA: Tren Kerja Sampingan Marak di Indonesia, Apa Penyebabnya?
Memahami Kebutuhan Unik Karyawan
Tantangan utama bagi para pemimpin adalah memahami bahwa setiap individu memiliki prioritas kebutuhan yang berbeda. Kesejahteraan dan kinerja karyawan terbentuk dari kombinasi kebutuhan utama, prioritas sekunder, serta aspek yang kurang relevan bagi mereka.
Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung
Langkah pertama untuk menciptakan tempat kerja yang ideal adalah dengan menghormati dan memperkuat kebutuhan utama setiap individu. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan tetapi juga memperkuat fondasi kinerja tim dan organisasi secara keseluruhan.
Mengapresiasi Keberagaman Motif
Dalam dunia kerja, inklusivitas adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan produktif. Namun, sering kali keberagaman kebutuhan manusia diabaikan. Bias bawah sadar, baik dari pemimpin maupun karyawan, dapat memengaruhi kesejahteraan individu dan harmoni dalam tim.
Sebagian kebutuhan seperti pencapaian atau ambisi sering mendapatkan perhatian lebih, sementara motif seperti kesenangan dan ketenangan cenderung terabaikan. Ketegangan juga sering terjadi antara kebutuhan stabilitas dan inovasi, atau antara harmoni kehidupan kerja dan ambisi pertumbuhan.
Mengapresiasi keberagaman kebutuhan ini adalah langkah penting untuk mengelola konflik secara konstruktif. Melalui pemahaman, komunikasi, dan kompromi, organisasi dapat menciptakan keseimbangan yang mendukung setiap individu.
Di tahun baru ini, para pemimpin diharapkan mengadopsi pola pikir yang lebih fleksibel dan fokus pada strategi yang benar-benar relevan, menciptakan tempat kerja yang tidak hanya produktif tetapi juga manusiawi. (fit/in)