Street Food Makassar dengan Sentuhan Modern: Tren atau Tradisi?

Street Food Makassar dengan Sentuhan Modern: Tren atau Tradisi?
ILUSTRASI. Street Food Makassar dengan Sentuhan Modern: Tren atau Tradisi? (foto:istimewa)

INSPIRASI NUSANTARA–Siapa yang tak kenal kelezatan street food Makassar? Street food Makassar telah lama menjadi daya tarik wisata kuliner di Indonesia.

Hidangan khas seperti pisang epe, nasi kuning, songkolo begadang, dan gogoso sudah mendarah daging sebagai tradisi kuliner masyarakat Sulawesi Selatan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul fenomena modernisasi street food, yang mengundang pertanyaan: apakah ini tren sementara atau langkah menjaga tradisi agar tetap relevan?

BACA JUGA: Deretan Street Food Makassar dari Olahan Pisang, Dijamin Bikin Bahagia

BACA JUGA: Street Food Makassar: Reuni dalam Kehangatan Kuliner Lokal

Jika dulu street food identik dengan cita rasa tradisional yang sederhana, kini hadir dengan sentuhan modern yang mengundang decak kagum. Perubahan paling mencolok salah satunya terlihat pada tampilan dan penyajian.

Modernisasi dalam Sentuhan Tradisi

Dengan sentuhan modern, street food Makassar memiliki potensi untuk go internasional dan menjadi bagian dari kuliner dunia. Pisang epe, misalnya, kini hadir dengan berbagai topping modern seperti cokelat, keju, hingga matcha, menggantikan topping tradisional berupa gula merah cair.

Begitu juga dengan es teler dan es kelapa muda, yang dulu dijajakan sederhana di pinggir jalan, kini dikemas lebih elegan dengan tambahan bahan premium seperti jelly, nata de coco, atau susu segar.

BACA JUGA: Menikmati Kuliner Makassar di Malam Hari: Rekomendasi Street Food Terbaik

BACA JUGA: 5 Street Food Makassar yang Wajib Dicoba

Di sisi lain, warmob (warung mobil) juga menjadi bagian dari tren ini. Street food yang dulunya hanya dijajakan di warung tenda atau gerobak kini hadir lebih fleksibel, dengan kendaraan yang dilengkapi dapur mini untuk melayani pembeli di lokasi-lokasi strategis.

Keseimbangan antara Tren dan Tradisi

Meski banyak inovasi dilakukan, sebagian besar pelaku kuliner di Makassar tetap berusaha menjaga cita rasa asli. Modernisasi lebih banyak terjadi pada tampilan atau cara penyajian, sementara resep tradisional tetap dipertahankan. Ini menunjukkan bahwa modernisasi bukan untuk menggantikan tradisi, melainkan menyesuaikannya dengan kebutuhan pasar yang terus berkembang.

Apresiasi Generasi Muda

Sentuhan modern ini juga menjadi salah satu cara untuk menarik minat generasi muda, baik lokal maupun wisatawan. Hidangan khas yang dikemas lebih kekinian lebih mudah dipasarkan melalui media sosial, menjadikan kuliner tradisional semakin populer di kalangan anak muda.

Antara Tren dan Pelestarian

Street food Makassar dengan sentuhan modern bukan hanya tren sesaat, tetapi juga bentuk adaptasi tradisi yang dinamis. Modernisasi ini menciptakan peluang untuk melestarikan makanan khas sekaligus memperkenalkan identitas budaya lokal kepada dunia yang lebih luas.

Apakah Anda lebih menyukai versi tradisional atau sentuhan modern dari street food Makassar? Bagaimanapun, keduanya memiliki tempat tersendiri dalam hati para pecinta kuliner. (*/IN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *